Perjalanan dengan Jilly
29 Desember 2015 - 1 Januari 2016
Gagal berangkat Rinjani karena Rinjani masih batuk dan tidak ada kepastian diperbolehkan ke puncak dari basecamp Rinjani dan @inforinjani, membuat saya, Jilly dan Facil urun berangkat ke Lombok. Facil memilih geser planning dengan teman-temannya ke Slamet, sementara saya, Jilly merencanakan 2 gunung, Sindoro dan Papandayan (yang nantinya join dengan Tian dan Haekal).
29 Desember 2015
Setelah berbuat nakal di kantor dengan meminta ijin dadakan untuk pulang cepat plus cuti di tanggal 30 Desember, kami berangkat dengan bus Pahala Kencana jurusan Rawamangun-Wonosobo pukul 18.00.
30 Desember 2015
Sampai Wonosobo ternyata lebih cepat dari dugaan. pukul 4.15 kami sudah memasuki terminal bus Wonosobo dan langsung mendapat bus 3/4 jurusan Magelang yang nantinya akan melewati basecamp Sindoro. Pukul 5.00 kami sudah mendarat dengan selamat di basecamp Sindoro. Tidak banyak pendaki yang kami lihat sedang istirahat di basecamp. rata-rata pendaki lain sudah lebih dulu melakukan pendakian di malam sebelumnya.
Tadinya saya dan Jilly merencanakan untuk mendaki dan menginap semalam di seputaran pos 3-4. Tapi mengingat kami sampai lebih pagi, kami memutuskan mengubah rencana dari pendakian plus camp di atas menjadi pendakian cepat naik-turun hari itu juga.
Sindoro menampakkan dirinya kepada kami. Pagi itu Sindoro terlihat ramah dan mengundang kami untuk berkunjung. Langit dan perkiraan cuaca yang saya selalu pantau belakangan terlihat cukup baik dengan hanya kemungkinan hujan ringan di sore hari. Oleh karena itu, saya dan Jilly sepakat untuk melakukan pendakian cepat hari itu. Carrier dibongkar, tas kecil, makanan siap makan, snack dan air dipersiapkan untuk dibawa, sementara dua carrier kami titipkan di pos lapor pendakian.
Pukul 06.30 kami memulai pendakian dengan dibantu ojek hingga pos 1. Penggunaan ojek kami putuskan selain murah meriah (15rb per orang hingga pos 1) juga akan menghemat waktu kami sekitar 40-50 menit perjalanan menuju pos 1, belum lagi tenaga yang bisa kami hemat banyak.
Memang kondisi kami sedang cukup fit. Target pendakian adalah sebelum pukul 12 di puncak. Optimis bisa mengejar pukul 12 siang di puncak, sekitar pukul 10.30 siang kami sudah memasuki kawasan pos 3 dimana pos 3 adalah batas para pendaki dapat mendirikan tenda karena selepas pos 3 adalah dataran terbuka yang rawan angin kencang.
Yang menarik dari Sindoro adalah banyaknya babi hutan yang suka mengganggu tenda para pendaki yang ditinggalkan untuk mencari makan. Oleh karena itu, penduduk sekitar suka menawarkan bantuan untuk menjaga tenda-tenda para pendaki sementara pendaki melakukan summit attack. Tidak gratis memang, tapi sangat membantu.
Tidak berlama-lama kami langsung menembus pos 3 menuju pos 4.
Di perjalanan menuju pos 4 saya dan Jilly sepertinya mengalami sedikit gejala mountain sickness. Pemanasan dan aklimatisasi yang kurang membuat kami sedikit pusing dan butuh beberapa kali istirahat menenangkan napas dan aliran darah. Tidak ada salahnya untuk mengambil beberapa foto sambil istirahat aklimatisasi dan makan-makan menikmati pemandangan Sumbing yang mengintip diantara awan-awan yang menyelimutinya.
Perjalanan kami lanjutkan. Plan ternyata lebih cepat dari perkiraan saat kami mencapai puncak gunung Sindoro pada pukul 11.30. Sempat ada keraguan untuk mencapai puncak karena beberapa pendaki yang turun menginformasikan bahwa arah angin cepat berubah yang membawa asap belerang menuju arah pendaki. Tapi kami yakin bahwa jika bisa cepat muncak, sedikit foto dan turun lagi, kami bisa menghindari permasalahan belerang tersebut.
Pukul 11.30-an Alhamdulillah kami berhasil menapakkan kaki di puncak gunung Sindoro untuk yang pertama kali untuk Jilly dan untuk yang kedua kali bagi saya. Memang kami tidak bisa berlama-lama di puncak Sindoro tersebut karena arah angin yang mulai berubah menuju ke arah kami sambil membawa asap belerang tersebut. Hanya berfoto sedikit, kami langsung turun dari puncak kawah tersebut.
Puncak Sindoro yang sudah tertata saat ini
kawah gunung Sindoro
Perjalanan turun dari puncak Sindoro
Akibat lupa pakai tabir surya, belanglah mereka...
Perjalanan turun yang biasanya capat, kami nikmati dengan berleha-leha sepanjang jalan. Kami sempat diguyur hujan lokal sepanjang perjalanan dari pos 2 menuju pos 1. Kembali, kami menggunakan jasa ojek dari pos 1 hingga basecamp.
Pukul 17.30 kami sudah sampai di basecamp. kami menyempatkan diri untuk berkeliling mencari penginapan yang menawarkan fitur air panas di kamar mandinya. tapi apa daya, hanya satu penginapan dan ternyata sudah full yang ada di sekitar basecamp. Akhirnya kami merencanakan untuk mencari penginapan ala backpacker esoknya di daerah Wonosobo, sekitar terminal nanti.
31 Desember 2015
Bersih-bersih sebentar di pagi hari dan mandi seadanya, kami berpamitan dengan teman-teman di pos penjagaan pendakian gunung Sindoro menuju Wonosobo. pukul 10.30 siang kami sudah sampai si terminal Wonosobo, memesan tiket menuju Bandung-Garut (kami akan melanjutkan pendakian kedua di Papandayan dengan Tian dan Haekal yang menunggu di Garut). Tiket Wonosobo-Bandung dengan Sinar Jaya kami beli seharga 75rb per orang, sangat berbeda dengan Jakarta-Wonosobo seharga 200rb per orang dengan Pahala Kencana. Ya jelas, kelasnya juga beda jauh. Keberangkatan masih keesokan hari, tanggal 1 Januari 2016 pukul 07.00 pagi hari.
Menunggu keberangkatan keesokan hari, kami mencari-cari penginapan ala backpacker di sekitaran terminal. Akhirnya kami dapat penginapan Mandalawangi yang berada tepat di pintu masuk terminal Wonosobo dengan harga 230 rb per malam.
Malam nya kami habiskan dengan menikmati pasar malam yang ternyata tepat berada di depan terminal Wonosobo. Ternyata selain di Alun-alun, pasar malam ini juga menjadi pusat keramaian menyabut tahun baru 2016. Jadilah kami berdua menghabiskan malam tahun baru di Pasar Malam Wonosobo





Puas sekali kami jajan makanan dan cemilan disana. Just cant imagine kalau sebungkus sate disana hanya dihargai 5rb perak. I'm crazy about it... dengan daging ayam padat, bukan sebangsa usus atau jeroan. amaze!!!
1 Januri 2016
Kelelahan dalam pesta pergantian tahun, keesokan harinya kami bangun dan langsung menuju pool Sinar Jaya di dalam terminal Wonosobo. Bus menuju Bandung dari Wonosobo ada dua PO, yaitu Sinar Jaya dan Budiman dengan selisih harga Budiman lebih mahal 10rb rupiah. Untuk menuju Garut, kami turun di daerah Nagrek untuk kemudian naik bus Elf menuju terminal Garut dimana Haekal dan Tian sudah menunggu.
Menunggu keberangkatan keesokan hari, kami mencari-cari penginapan ala backpacker di sekitaran terminal. Akhirnya kami dapat penginapan Mandalawangi yang berada tepat di pintu masuk terminal Wonosobo dengan harga 230 rb per malam.
Malam nya kami habiskan dengan menikmati pasar malam yang ternyata tepat berada di depan terminal Wonosobo. Ternyata selain di Alun-alun, pasar malam ini juga menjadi pusat keramaian menyabut tahun baru 2016. Jadilah kami berdua menghabiskan malam tahun baru di Pasar Malam Wonosobo
lihat mas-mas yang duduk nya diatas sandaran kursinya.. alamak... superb!!
Puas sekali kami jajan makanan dan cemilan disana. Just cant imagine kalau sebungkus sate disana hanya dihargai 5rb perak. I'm crazy about it... dengan daging ayam padat, bukan sebangsa usus atau jeroan. amaze!!!
1 Januri 2016
Kelelahan dalam pesta pergantian tahun, keesokan harinya kami bangun dan langsung menuju pool Sinar Jaya di dalam terminal Wonosobo. Bus menuju Bandung dari Wonosobo ada dua PO, yaitu Sinar Jaya dan Budiman dengan selisih harga Budiman lebih mahal 10rb rupiah. Untuk menuju Garut, kami turun di daerah Nagrek untuk kemudian naik bus Elf menuju terminal Garut dimana Haekal dan Tian sudah menunggu.
0 Comments