Mencinta Dewi Anjani yang Gagah


Naik Rinjani tempo hari menjadi perjalanan pertama saya yang sangat nyaman. Cedera pada meniscus memaksa saya untuk memilih menyewa jasa porter full untuk pendakian kali ini.

Perjalanan kali ini adalah perjalanan yang tertunda sejak desember 2015 lalu. Tadinya dari Jakarta adalah Saya, Jilly, dan Facil. Tapi status Barujari yang tidak menentu membuat kami memilih menjadwal ulang penerbangan ke Lombok menjadi bulan Mei 2016 tanggal 4-9. Sayang sekali ternyata Facil berhalangan berangkat pada hari H keberangkatan walau segala bujuk rayu telah dikeluarkan. Next time ya dek Facil nanti kita temenin lg ke Rinjaninya.. Good news, temennya Jilly yg punya nama Yanuar ikut meramaikan perjalanan ini.



4 May
Seperti biasa walau sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, selalu ada perasaan kurang sesaat sebelum berangkat. Akirnya dengan semangat siap tidak siap kumpul, ditambah saya yang nambah satu hari lagi utk cuti, kami sampai juga di bandara Soetta.

Fyi 4th May adalah ulang tahun saya. Menjadi spesial karena seakan saya menghadiahi diri saya dengan trip ke salah satu gunung terindah di Indonesia. Seperti yg saya perkirakan, bayangkan dan harapkan, Jilly dan Yanjar sudah mempersiapkan cake utk merayakannya. Walau sederhana tapi sangat menghibur dengan tema King Julien.. hahaa.. kamsiyaaaa...




Tak lupa utk menjaga properti, semua tas kita wrap. Mahal memang, tapi demi kaanan dan kenyaman. Hehee..


Selama perjalanan (tau kan maskapainya apa), ada banyak gugusan gunung yang kita perhatikan. Ada Ciremai, Sindoro-Sumbing, Merapi-Merbabu, dan gunung kenangan saya si Semeru dgn puncak Mahameru nya terlihat dari atas pesawat.





Sesampai di BIL (Bandara Internasional Lombok), kami dijemput oleh kakaknya Yanuar. Sesudah makan malam dan belanja perlengkapan tambahan untuk di jalan nanti kami langsung tancap gas malam itu juga ke desa Sembalun, Lombok Tengah.

Ada kejadian menarik. Kami sempat salah masuk jalan yang ternyata satu arah. Pas di depan kami langsung dihadang mobil patroli polisi. Polisi menghentikan kami dan melakukan pengecekan surat-surat serta menanyakan tujuan. Mungkin karena melihat kami turis baru turun dari bandara, pak pol sangat kooperatif. Hanya diberi peringatan dan diarahkan ke jalan yang benar.. hahaa.. what a good police. Tidak main tilang sembarangan dan memilih mengayom. Four thumbs up!!! Mataram Lombok memang kota wisata.. bukan kota tilang. Haha..


5 May
Memang kalau musim libur panjang, harus booking penginapan jauh-jauh hari. Hasilnya kami kehabisan penginapan dan tidur di mpbil sampai pagi. Oh iya sebelumnya saya dengan ceroboh kehilangan headlamp yg baru beli di sebuah SPBU yang kita singgahi dalam perjalanan ke Sembalun. Sayang sekali, sebuah Petzl Myo XP baru, impian dr kuliah.. belum pernah dipakai. Ampun deh...

Pagi di Sembalun yang dingin perlahan mulai hangat seiring naiknya matahari. Kami ternyata juga kehabisan porter. Setelah tanya sana sini, kami dapat porter jg setelah mendapat referensi dari rekan baru kami dari Surabaya mbak Ayu dan mas Benny. Nama porter kami Amak Apro. Tidak mungkin tidak untuk memakai jasa amak Apro kecuali jika saya mengijinkan meniscus saya semakin parah. Hehehe.. hidup keras bung! Ke gunung jangan berhenti!

Telatnya dapat porter, belanja kebutuhan tambahan dengan amak Apro dan bengong tanpa arah membuat kami memulai pendakian pukul 11 siang. Percayalah.. PANAS!!!

Target kami tidak terlalu muluk mengingat beban yang biasanya saya bawa 18-20kg berkurang hampir setengahnya jadi sekitar 10-12kilo. Kita plan utk bypass pos 1 dan makan siang di pos 2. Rencana terealisasikan.




Dari pos 2 kami merencanakan kembali utk bypass pos 3 dan tancap ke Plawangan. Disini saya mulai keteteran dengan yang lain. Apalagi dengan amak Apro yang melesat seakan jalanan itu hanya jalanan datar biasa. Saya mempersilahkan amak Apro untuk berangkat duluan ke plawangan agar dpt mencari lokasi untuk mendirikan tenda diikuti Jilly dan Yanuar. Sementara saya dan lutut yang kadang nyutan akan menyusul santai di belakang.

Shit happened!
Saya lupa hanya pegang sebotol air tanpa cemilan. Hanya air dan beberapa bungkus indomie. Saat gelap menjelang, kelelahan dan tidak ada cemilan, terpaksa saya membuka indomi kering dan makan apa adanya. Ya daripada kelaparan dan asam lambung naik. Apa yang bisa dimakan ya dimakan dulu.

Ternyata lokasi saya berhenti makan itu hanya berjarak kurang dari 30 menit dari lokasi tenda. Hahaha.. syukurlah. Sesampai di tenda sudah ditunggu minuman hangat danakan malam yang dimasak oleh amak Apro. Selesainya makan amak Apro menanyakan apakah kami akan summit, jika iya, amak Apro akan menyiapkan minuman dan cemilan sebagai bekal untuk esok hari


6 May
Summit!
As usual.. kita selalu menjadi yang terakhir. Tidak ada beda disiplin antara summit Mahameru dan summit Anjani ini. Saat lampu-lampu senter pendaki lain sudah jauh di ridge kawah Rinjani, kami baru mau memasang sepatu, ngobrol, lihat kanan kiri, keluar-masuk tenda...

Jam 4 akhirnya kami baru benar-benar melangkah. Saya ambil posisi terakhir dan mempersilahkan Jilly dan Yanuar duluan walau kita sempat maen tunggu-tungguan di tanjakan awal, tapi begitu sampai di ridge, Jilly dan Yanuar melesat duluan sementara saya jalan santai di belakang.

Kaki yang nyut membuat saya melangkah perlahan dan satu demi satu langkah konstan. Entah kenapa tapi dari awal saya sangat yakin akan berhasil mencapai puncak Rinjani dengan metode jalan saya. Not bad, beberapa pendaki yang sudah jalan dari jam 2 dan 3 masih bisa dilewati. Anak-anak muda IPDN juga masih sempat dilewati. Tenaga saya memang kalah, tapi masih menang teknik dan efisiensi. So, jangan takut naik gunung. Puncak pasti tercapai jika sabar.

Melihat ke atas dengan elevasi 45-50 derajat, terlihat ramai sekali pendaki yang masih berusaha mencapai puncak. Libur panjang memang menghasilkan pendaki yang membludak baik dalam maupun luar negeri.






Akhirnya sekitar jam 9 saya sampai di puncak Rinjani. 5 jam jalan santai menuju puncak terbayar sudah.






Seperti biasa, turun lebih melelahkan daripada naik. Perjalanan turun kami habiskan nyaris sama lamanya dengan naik. tapi dengan tenaga yang lebih sedikit pastinya.



Yanuar yang masih fit melesat menghilang dibalik kabut. sementara saya dan jilly perlahan-lahan turun karena mulai didera cedera. Jilly di lutut, sedangkan saya di lutut dan engkel kaki.. kanan kiri..

Kami sampai di tenda sekitar pukul 3 sore, itupun sudah dalam posisi nyaris ingin dievakuasi oleh porter dan Yanuar. xixixi.. dengkul nakal. makan malam mulai dimasak seiring dengan sunset di Plawangan...




Yanuar dan asesoris obat gantengnya

sori mas Yanuar.. no sun glasses, no ikutan...







7 Mei
Keesokan paginya kami bangun dan merencanakan untuk turun ke danau segara anak. tapi sebelum itu, sunrise di Plawangan sayang untuk tidak diabadikan



Kami memulai perjalanan turun menuju danau Segara Anak sekitar pukul 9 pagi dikarenakan seperti biasa tim lazy yang beranggotakan satu orang (a.k.a saya sendiri) males sekali bangun dan keluar dari sleeping bag. kami tidak sempat mengambil gambar sepanjang jalan dikarenakan jalurnya yang memang sedikti curam tapi sangat menyenangkan untuk ditempuh. 

sekitar pukul 11.30 kami sampai juga di danau segara anak. finally....



berhari-hari tidak mandi memancing saya dan yanuar nyebur di pemandian air panas aik kelek. fyi, di pemandian ini pada hari minggu 8 Mei 2016 seorang pendaki asal Palembang ditemukan tewas tenggelam tertarik pusaran air pada hole nya.





Kami mentarget sudah harus naik pada pukul 2 siang. dalam perjalanan naik, kami berbarengan dengan beberapa orang turis mancanegara dari Irlandia. satu diantaranya terlihat ngos-ngosan sekali dan berusaha keras untuk mengejar rekannya. kami ngobrol sebentar dengan tujuan agar dia bisa memperbaiki teknik berjalannya. voila!!! akhirnya doi pelan-pelan sampai juga ke Plawangan dengan muka merah sekali karena over ventilasi.. alamakjang!!!





Sore menjalang sunset kami sudah duduk manis dan santai di tenda. tapi sunset yang ditunggu tak kunjung datang karena tertutup kabut yang naik tidak berhenti2. Tidak apa.. masih ada sunrise terakhir kami besok...

9 Mei
Walau menurut saya Rinjani tidak se-perkasa Mahameru, tapi tetap meninggalkan kenangan sendiri. Perpisahan pada hari itu di Plawangan membuat saya selalu berpikir kapan akan bisa mampir kesini lagi.


sunrise terakhir di Plawangan Sembalun





Kami memulai perjalanan turun dari pukul 9 AM waktu setempat. Kaki saya semakin berat untuk melangkah dengan lutut yang mulai kaku. tapi harapan untuk cepat turun dan kembali ke Mataram masih menyala dan meminta saya untuk tetap berjalan. (need doctor..). finally pukul 2 PM kita sampai di bawah dan langsung diundang oleh Amak Apro makan siang di rumahnya.

Yes we are crazy! saya makan nambah nasi sampai 3 kali, jilly menghabiskan 3 piring sambel yang dihidangkan sekalian dengan tempat penggilingan cabe nya, yanuar makan sampai terdiam sendiri.


Pukul 17.00 kami dijemput lagi oleh kakak Yanuar.



























1 Comments